Suatu hari, di sebuah Universitas terkenal, ada seorang mahasiswa yang tidak suka dengan dosen pembimbingnya. Dia selalu menolak instruksi dan nasihat dari dosennya itu. Suatu hari seorang Profesor, pimpinan universitas, memanggilnya.
“Saya dengar, kamu ada masalah dengan dosen pembimbingmu. Apakah yang membuatmu kurang puas terhadap beliau?"
Mahasiswa tersebut tidak melewatkan kesempatan tersebut. Setengah jam lamanya, dia mengutarakan kejelekan dosennya itu. Sang Profesor mendengarkan dengan saksama dan meminta saran-sarannya. Si mahasiswa kehabisan ide tentang saran perbaikan untuk sang dosen, akhirnya profesor berkata, “Kalau sudah selesai, sekarang ganti saya yang bicara, ya?” si mahasiswa manggut-manggut.
Profesor berkata, “Kamu adalah orang yang berkarakter membedakan hitam dan putih secara jelas, memandang perbuatan buruk layaknya musuh.”
Si mahasiswa mengangguk dan berkata dengan bangga, “Prof., Anda benar. Saya memang orang seperti itu!”
Sang Profesor melanjutkan, “Kamu tahu, dunia ini adalah dunia yang 'separuh separuh'. Langit separuh, bumi separuh. Lelaki separuh, perempuan separuh. Bajik separuh, jahat separuh. Jernih separuh, keruh separuh. Sangat disayangkan, apa yang kamu miliki saat ini adalah dunia yang tidak utuh.”
Mahasiswa tersebut tercengang sekian saat, lalu bertanya, “Kenapa Profesor mengatakan yang saya miliki adalah dunia yang tidak utuh?"
profesorpun menjawab, “Karena yang kamu cari adalah kesempurnaan. Kamu hanya bisa menerima sisi sempurna yang hanya separuh saja, serta tidak bisa menerima ketidaksempurnaan yang merupakan sisi separuhnya lagi. Oleh karena itu, yang kamu miliki adalah dunia yang tidak utuh, tidak akan pernah menjadi bulat utuh.”
Si mahasiswa merasa bingung, tidak tahu harus bagaimana. Dia lalu bertanya, “Lantas, saya harus bagaimana ?”
Sang Profesor dengan bijaksana menjawab, “Belajar toleran terhadap dunia yang tidak sempurna, maka kamu akan memiliki sebuah dunia yang utuh."
No comments:
Post a Comment